Kamis, 03 Maret 2011

♥ Cinta Karena Allah ♥

Bismillah...

Beberapa hari belakangan ini, suatu istilah muncul berulang-ulang kali dalam pikiran saya. Istilah yang saya maksud adalah cinta karena Allah atau lebih spesifiknya lagi adalah mencintai seseorang semata-mata karena Allah SWT.
cinta karena Allah adalah cinta yang menyalurkan energi positif, cinta yang memerdekakan jiwa, siap menerima perbedaan, siap untuk kehilangan, siap patah hati tanpa harus berpura-pura.
Ketika kita mencintai sesuatu atau seseorang karena ALLAH, kita justru akan siap berbagi, siap mencintai pula apa-apa yang dicintai kekasihnya, mencintai semua kebaikan dan membuatnya menjadi baik pula.
Orang-orang yang saling mencintai karena ALLAH tidak akan pernah merasa patah hati berlarut-larut. Sebab dia tidak akan memaksakan kehendak dan keinginannya. Dia pandai menyimpan perasaannya, namun tidak pula berdusta -bohong-. Kebesaran jiwanya tak terbatas.
Setiap kegagalan untuk mencintai dan dicintai bukanlah alasan baginya untuk berbalik menjadi benci. Justru, itu semua menjadikannya semakin kuat dan tegar untuk kemudian semakin dekat dengan sang pemilik hatinya dan hati orang yang dicintainya itu: Sang Mahalembut, Maharomantis -Subhanallah-


Memang harus dibedakan mana yang mencintai pasangan jenisnya karena Allah swt dan mana yang sekedar cinta karena ketertarikan kepada pasangan jenis saja, dan keduanya jelas berbeda. Hal itu dapat dilihat dari motif dasar dia mencintainya. Apakah dasarnya adalah agama dan keshalihannya ataukah tidak?

Biasanya seseorang mencintai kepada pasangan jenis, karena memang orang itu suka atau tertarik pada pasangan jenisnya saja, karena kecantikan dan ketampanan, atau hal lain yang menarik baginya. Dan tidak didasarkan cinta karena Allah swt.

Oleh karena itu sebaiknya kita semua kembali melihat diri kita masing-masing, apakah sifat cinta karena Allah telah ada dalam diri kita ataukah belum? Kalau sudah bersyukurlah dan mintalah kepada Allah agar tetap istiqomah, dan kalau belum marilah kita perbaiki iman dan Islam kita sehingga bisa tumbuh sifat tersebut dalam diri kita.

Dan perlu kita ketahui, kalau seandainya seseorang itu benar-benar cintanya karena Allah, maka pasti ia akan berusaha berjalan sesuai dengan syari’at agama Allah, dan tidak akan melanggar ketentuan-ketentuan dan larangan-larangan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala. Wallahu a’lam.

saya jg menemukan beberapa artikel yang mampu menjawab rasa penasaran saya terhadap istilah itu diantaranya:

”CINTA KARENA ALLAH”
Adalah ketika kau mengerti, tak hanya kelebihan dari orang itu yg kau lihat,namun jg MEMAHAMI dan MENERIMA kekurangan–kekurangan yg dimilikinya,sungguhpun kau baru boleh mengatakan bahwa setelah kau benar-benar mengenalnya dgn sebenar-benarnya, yaitu baik dan buruknya.

”CINTA KARENA ALLAH”
Itu tidak pernah sebatas pada penampilan dan kecantikan, adakalanya kau akan lebih mencintai sebongkah arang hitam daripada sebutir intan yg berkilauan, karena sesungguhnya kau sadar bahwa kau membutuhkan sebuah kehangatan yg mampu mengusir rasa dingin dari jiwamu, lebih daripada sekedar keindahan yg ternyata membuatmu beku kedinginan.

”CINTA KARENA ALLAH”
Itu TIDAK akan tumbuh dari kecantikaan seseorang. Namun, KECANTIKAN seseorang justru akan tampak ketika kau mencintainya. Adalah bagaimana kau bisa mencintainya karena akhlak dan agamanya, bukan pada rupa, harta, ataupun nasabnya. karena inilah kau bisa menepis kefakiran, kehinaan, ketidakbahagiaan, dan kemudian mengantinya dgn kemuliaan yg di ridhoi oleh Allah SWT.

”CINTA KARENA ALLAH”
Akan membuatmu merasa tidak perlu memiliki meskipun dalam hatimu kau sangat ingin, adalah bagaimana kau bisa ikhlas ketika dia ternyata lebih mencintai orang lain dan bahkan kau pun bisa berdoa agar mereka bisa berbahagia.

”CINTA KARENA ALLAH”
Tidak akan menggiringmu pada jurang kemaksiatan, ketika kau melihat dia dan mencintainya, hal itu akan membuatmu semakin berbenah diri, kau menjadi mampu melihat kekurangan-kekurangan dirimu untuk kemudian memperbaikinya.

”CINTA KARENA ALLAH”
Tidak akan membuatmu berpikir sempit, justru kau akan berpikir lebih jauh ke depan, lebih matang, lebih dewasa, dan ke arah yg lebih serius…!!! kau tidak akan berpikir dan membayangkan apabila kalian sudah pacaran, namun kau sdh berpikir ke arah pernikahan, karena kau sadar bahwa ia jauh lebih kokoh, suci, berarti dan bermakna di hadapan Allah daripada sekedar pacaran.

”CINTA KARENA ALLAH”
Terkadang tak tumbuh dgn sendirinya. Kita seperti layaknya diberi biji untuk di tanam. Lalu ia tergantung pada bagaimana kita merawatnya. Jika kita baik, maka baik pulalah perasaan itu, dan jg sebaliknya. Terkadang pula bisa jadi ia tumbuh dgn sendirinya. Ada saat dimana kau terkadang ingin membunuh saja perasaan tersebut namun entah mengapa kau tak berdaya. Karena sebenarnya bukanlah kita yg menumbuhkan perasaan cinta tersebut, namun Rabb yg maha Pengasih dan maha penyayang lah yg berkehendak atas segala perasaan itu.

”CINTA KARENA ALLAH”
Bukanlah tentang bagaimana kalian saling memandang, namun bagaimana tentang kalian melihat kearah yg sama, dan berjalan kearah yg sama. Kalian sadar bahwa kalian tdk akan mampu menghadapi perjalanan tersebut sendirian melainkan kau butuh seseorang utk berjalan di sisimu yg saling membantu saling meringankan, dan saling mengarahkan dlm perjalanan menggapai Ridha-Nya.

”CINTA KARENA ALLAH”
Tidaklah selalu membutuhkan beragam kesamaan diantara kalian, namun yg terpenting adalah kesamaan prinsip dan tujuan, yaitu menggapai Ridha Allah SWT, dalam dirimu kau pun ingin agar kau merasa layak utk mencintai dan dicintai olehnya.

Love your God more than you love someone…

Wujud Cinta karena Allah


Siapa saja yang memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka berarti ia telah sempurna imannya. (HR. AL Hakim).

Wujud Cinta karena Allah

Disunahkan orang yang mencintai saudaranya karena Allah

1. untuk mengabari dan memberitahukan cintanya kepadanya. Nabi saw. bersabda:

Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka kabarkanlah bahwa ia mencintainya. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)



2. mendoakan dan meminta doa dari saudaranya . Nabi saw. bersabda:

Barang siapa yang mendoakan saudaranya pada saat ia tidak bersamanya, maka malaikat yang diserahi untuk menjaga dan mengawasinya berkata, “Semoga Allah mengabulkan; dan bagimu semoga mendapat yang sepadan.” (HR. Muslim).

Umar bin Khatab berkata: Aku meminta izin kepada Nabi saw. untuk umrah, kemudian beliau memberikanizin kepadaku dan bersabda: “Wahai saudaraku, engkau jangan melupakan kami dalam doamu.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)



3. mengunjungi orang yang dicintai, duduk bersamanya, saling menjalin persaudaraan, dan saling memberi karena Allah, setelah mencintai-Nya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda:

Sesungguhnya ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di kota lain. Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk mengikutinya. Ketika malaikat sampai kepadanya, ia berkata, “Hendak ke mana engkau?” Orang itu berkata, “Aku akan mengunjungi saudaraku di kota ini.” Malaikat berkata, “Apakah ada hartamu yang dikelola olehnya?” Ia berkata, “Tidak ada, hanya saja aku mencintainya karena Allah.” Malaikat itu berkata, “Sesunggunya aku adalah utusan Allah kepadamu. Aku diperintahkan untuk mengatakan bahwa Allah sungguh telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai saudaramu itu karena Allah.” (HR. Muslim)

4. Senantiasa berusaha membantu kebutuhan saudaranya dan bersungguh-sungguh menghilangkan kesusahannya. Hal ini berdasarkan hadits Mutafaq ‘alaih dari Ibnu Umar, Rasulullah saw. bersabda:

Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, ia tidak akan mendzaliminya dan tidak akan membiarkannya binasa. Barangsiapa berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari seorang muslim maka dengan hal itu Allah akan menghilangkan salah satu kesusahannya dari kesusahan-kesusahan di Hari Kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di Hari Kiamat.

5. menemui orang yang dicintai dengan menampakan perkara yang disukainya untuk menggembirakannya dan dengan wajah yang berseri-seri. Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab As-Shagir; Rasulullah saw. bersabda:

Barangsiapa yang menemui saudaranya yang muslim dengan menampakan perkara yang disukainya karena ingin membahagiakannya, maka Allah akan memberikan kebahagiaan kepadanya di Hari Kiamat.


Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, walau sekedar bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri (HR. Muslim).

6. memberikan dan menerima hadiah saudaranya serta membalasnya. Rasulullah saw bersabda:

Kalian harus saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai. (HR. Bukhari).

Rasulullah saw. pernah menerima hadiah dan membalasnya. (HR. Bukhari)

Termasuk memberikan balasan hadiah yang setimpal adalah jika seorang muslim mengatakan kepada saudaranya, “Jazakallah Khairan”, artinya semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Tirmidzi meriwayatkan dari Usamah bin Zaid, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Barangsiapa diberi kebaikan kemudian ia berkata kepada orang yang memberi kebaikan, “Jazakallah Khairan” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka dia sungguh telah memberikan pujian yang sangat baik.

7. Harus berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kebaikan kepadanya. Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka ia tidak akan bisa mensyukuri nikmat yang banyak. Barangsiapa yang tidak bisa bersyukur kepada orang, maka ia tidak akan bisa bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah sama dengan bersyukur. Dan tidak membicarakan kenikmatan berarti mengingkari nikmat. Berjamaah adalah rahmat, bercerai beraiadalah adzab.



8. Disunahkan membela saudaranya untuk mendapatkan kemanfaatan dari suatu kebaikan atau untuk memberikan kemudahan dari suatu kesulitan. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. jika didatangi peminta-minta, maka beliau suka berkata:

Belalah ia maka kalian akan diberikan pahala. Dan Allah akan memutuskan dengan lisan nabi-Nya perkara yang ia kehendaki. (HR. Bukhari).

9. Wajib menerima permintaan maaf dari saudaranya. Diriwayatkan Ibnu Majah bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Barangsiapa yang mengajukan permintaan maaf kepada saudaranya dengan suatu alasan tapi ia tidak menerimanya, maka ia akan mendapat kesalahan seperti kesalahan pemungut pajak.



10. Wajib menjaga rahasia seorang muslim. Diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

Jika seseorang berkata kepada orang lain dengan suatu perkataan kemudian ia menoleh (melihat sekelilingnya), maka pembicaraan itu adalah amanah.



11. Wajib memberi nasihat. Imam Muslim telah mentakhrij dari Abu Hurairah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

Hak muslim atas muslim yang lain ada enam. Dikatakan, “Apa yang enam itu, Ya Rasulallah?” Rasul saw. bersabda, “Apabila engkau bertemu dengan saudara muslim yang lain, maka ucapkan salam kepadanya; Apabila ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya; Apabila ia meminta nasihat kepadamu, maka berikanlah nasihat kepadanya; Apabila ia bersin dan
mengucapkan al hamdu lillah, maka ucapkanlah yarhamukallah; Apabila ia sakit maka tengoklah; Apabila ia meninggal dunia, maka hantarkanlah sampai ke kuburnya.